Ketentraman Hati dengan Musyahadah Kekuasaan Allah (1)

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: ‘Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati.
Allah berfirman: ‘Apakah kamu belum percaya?’ Ibrahim menjawab: ‘Saya telah percaya, akan tetapi agar bertambah tetap hati saya.’ Allah berfirman: ‘(Kalau begitu) ambillah empat ekor burung, lalu potonglah burung-burung itu di dekatmu, kemudian letakkan tiap sepotong dari padanya di atas tiap-tiap bukit. Sesudah itu panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera. Dan Ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana’.” (QS.Al-Baqarah:260)

Tafsir:
(Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: ‘Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati.’) Ibrahim bertanya demikian, tak lain supaya pengetahuannya menjadi nyata.

(Allah berfirman: ‘Apakah kamu belum percaya?’) bahwa Aku kuasa menghidupkan dengan mengulangi penyusunan dan kehidupan?.

(Ibrahim menjawab: ‘Saya telah percaya, akan tetapi agar bertambah tetap hati saya.’) maksudnya: Tentu saja aku telah percaya. Akan tetapi aku bertanya supaya bertambah pengetahuan dan tentram hatiku, dengan ditambahnya kejelasan, selain wahyu dan pembuktian dalil.

(Allah berfirman: ‘(Kalau begitu) ambillah empat ekor burung) konon burung merak, ayam jantan, gagak dan merpati, (lalu potonglah burung-burung itu di dekatmu), jadikan mereka cenderung kepadamu dan peliharalah supaya kamu mengenalnya dan mengetahui keadaannya, agar kamu tidak keliru setelah dihidupkannya kembali, (kemudian letakkan tiap sepotong dari padanya di atas tiap-tiap bukit). Maksudnya: Kemudian potong-potonglah mereka. (Sesudah itu panggillah mereka). Katakanlah kepada mereka: “Kemarilah dengan izin Allah,” (niscaya mereka datang kepadamu dengan segera) dengan cepat dan bergegas, dengan terbang atau lari.

(Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa) tidak lemah terhadap apa yang Dia kehendaki (lagi Maha Bijaksana) mempunyai kebijaksanaan yang sempurna dalam apa saja yang Dia lakukan dan Dia tinggalkan. (Qadhi Baidhawi)

“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: 
‘Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati’.”

   Al-Hasan berkata: “Sebab dari timbulnya pertanyaan Ibrahim ini, adalah karena dia melewati seekor bangkai binatang, yang menurut Ibnu Juraij, adalah bangkai keledai di pinggir laut. Ibrahim melihatnya dalam keadaan telah dicerai-beraikan oleh binatang laut dan darat. Apabila laut pasang, datanglah ikan-ikan dan binatang laut lainnya lalu memakannya. Bagian-bagian yang jatuh dari bangkai itu masuk ke laut. Dan apabila laut itu surut, maka datanglah binatang-binatang buas lalu memakannya. Bagian-bagian yang jatuh daripadanya ke tanah, menjadi tanah. Apabila binatang-binatang buas itu telah pergi daripadanya, maka datanglah burung-burung lalu memakannya. Bagian-bagian yang jatuh daripadanya, diterbangkan oleh angin di udara. Tatkala Ibrahim melihat itu, dia terheran-heran olehnya dan berkata: ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya aku tahu bahwa Engkau akan menghimpun bangkai itu dari perut binatang buas, tembolok-tembolok burung dan perut-perut binatang laut. Maka perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkannya kembali, agar aku dapat melihat, sehingga bertambahlah keyakinanku’.”

   Maka Allah mengecam Ibrahim, (Allah berfirman: “Apakah kamu belum percaya?” Ibrahim menjawab: “Tentu saja) Ya Tuhanku, aku telah tahu dan telah percaya. (Akan tetapi agar hatiku tenang). Maksudnya: Supaya hatiku tenteram dengan melihat dan menyaksikan. Maksud Ibrahim supaya dia memperoleh ‘ilmul yaqin dan ‘ainul yaqin.

(Allah berfirman: (Kalau begitu), ambillah empat ekor burung). Mujahid berkata: “Ibrahim mengambil burung merak, ayam jantan, merpati dan gagak.” Dan ada yang mengatakan, bebek hijau, gagak hitam, merpati putih dan ayam jantan merah. (lalu cincanglah mereka dekatmu). Maksudnya potong-potonglah dan rencah-cencahlah. Dan ada pula yang menafsirkan, himpunlah dan kumpulkanlah kepadamu. (kemudian letakkanlah tiap-tiap sepotong daripadanya di atas tiap-tiap sepotong daripadanya di atas tiap-tiap bukit). Para mufassir berkata: “Allah Ta’ala menyuruh Ibrahim supaya menyembelih burung-burung itu dan mencabut bulu-bulunya serta memotong-motongnya lalu mencampur aduk bulu-bulunya, darah-darahnya dan daging-dagingnya satu sama lain. Maka Ibrahim pun melaksanakan. Sesudah itu Allah menyuruhnya supaya meletakkan potongan-potongan burung itu di atas bukit-bukit. Namun para Mufassir itu berselisih tentang bilangan bukit.”

   Ibnu Abbas ra mengatakan: “Allah menyuruh supaya Ibrahim memotong seekor burung menjadi empat bagian dan meletakkannya di atas empat bukit. Dan konon sebuah bukit sebelah timur sebuah bukit di sebelah barat, sebuah bukit di sebelah utara dan sebuah lagi disebelah selatan.
Dan ada pula yang mengatakan, Ibrahim memotong-motong burung itu menjadi tujuh bagian. Lalu meletakkannya di atas tujuh buah bukit, sedang kepala burung-burung itu dia pegang. Sesudah itu dia memanggil mereka dengan mengatakan: “Kemarilah dengan izin Allah Ta’ala.” Maka mulailah setiap tetas dari darah menuju tulang yang lain, dan setiap bagian daging terbang menuju bagian-bagian yang lain, sementara Ibrahim as melihat , sehingga masing-masing tubuh bertemu sesamanya di udara tanpa kepala. Selanjutnya mereka datang kepada kepala masing-masing burung bertemu dengan kepalanya sendiri.”

   Demikian firman Allah Ta’ala:
“Sesudah itu panggillah mereka datang kepadamu dengan segera.

   Ada yang mengatakan, yang dimaksud as-Sa’yu ialah berlari cepat. Dan ada pula yang mengatakan, berjalan, sebagaimana difirmankan Allah Ta’ala:
“Maka berjalanlah kamu untuk mengingat Allah.”

   Adapun hikmah yang terdapat pada berjalan, bukan terbang, adalah bahwa berjalan itu lebih terhindar dari syubhat. Karena, sekiranya burung-burung itu terbang, tentu Ibrahim menyangka bahwa burung-burung itu bukanlah burung-burung yang tadi, dan bahwa kaki-kakinya tidak sehat. Dan ada pula yang mengatakan bahwa as-Sa’yu itu terbang.
“Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Tafsir Ma’alim)

Artikel Menarik Lainnya:
   Demikianlah pengetahuan tentang  "Ketentraman Hati dengan Musyahadah Kekuasaan Allah" semoga artikel ini bermanfaat untuk pembaca setia halaman kami, terima kasih sudah berkunjung di halaman sederhana ini, Mari jadikan segalanya lebih sempurna lagi...

No comments:

Post a Comment