2) “dan pengkhianat yang tidak menyembunyikan kerakusannya,” yakni tidak menyembunyikan kerakusannya terhadap apa saja “betapapun kecilnya,” yakni, melainkan dia berusaha memperolehnya sehingga dia mendapatkannya lalu dia khianati. Atau artinya: Dia tidak punya keinginan di tempat penghianatan manapun selain keinginan untuk berkhianat terhadap apa yang dia inginkan, sekalipun barang yang diinginkan itu kecil saja. Dan ini adalah penghuni kedua di antara kelima.
3) “dan orang tidak mengalami pagi maupun sore kecuali dia menipumu,” yakni tidak mau berpisah dari penipuannya terhadap dirimu tentang keluarga dan hartamu “pagi dan petang,” yakni dalam berbagai keadaan dia lebih banyak menipumu.
4) “Dan beliau menyebutkan,” maksudnya periwayat hadits ini mengatakan: Nabi SAW menyebutkan diantara yang lima itu, “kebakhilan dan kedustaan,” yakni orang yang bakhil dan pendusta. Beliau menempatkan mashdar mengartikan isim fa’il. Dan ini adalah penghuni neraka keempat.
5) “Dan Syinzhir” dengan mengkasrahkan syin dan zha yang kedua-duanya bernoktah disela-selai dengan sukun yang artinya: orang yang berakhlak buruk “yang sangat keji,” na’at dari Syinzhir, maksudnya: selain akhlaknya buruk, dia juga sangat keji omongannya. Dan inilah penghuni neraka yang kelima.
(Demikian tersebut dalam Syarah al-Mashabih oleh Ibnu Malik)
Imam Al-Qusyairi (semoga Allah mensucikan jiwanya) berkata: Allah Ta’ala menyuruh hamba-Nya berlaku adil dalam hubungan antara dia dengan Allah Ta’ala, dalam hubungan antara dia dengan dirinya sendiri dan dalam hubungan antara dia dengan sesama makhluk. Adil antara dia dengan sesama makhluk. Adil antara dia dengan tuhannya ialah lebih mengutamakan hak Allah Ta’ala daripada kepentingan dirinya sendiri, dan mendahulukan keridhaan Allah daripada keinginan dirinya, serta melepaskan diri dari semua larangan, dan siap sepenuhnya untuk senantiasa melakukan segala perintah Allah. Dan adil hubungan antara dia dengan dirinya sendiri ialah mencegah diri dari hal-hal yang mengakibatkan kebijaksanaannya. Dan adil dalam hubungan antara dia dengan sesama makhluk Allah ialah memberi nasehat, tidak khianat tentang hal yang sedikit ataupun banyak, berlaku seimbang terhadap mereka dengan cara apapun dan tidak menyakiti kepada seorang pun, baik dengan perkataan, perbuatan maupun kata hati.
Ketahuilah, bahwa perintah Allah untuk melakukan tiga hal tersebut di atas adalah mencakup semua yang diperintah Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an. Dan begitu pula dengan larangan Allah terhadap tiga hal tersebut di atas juga mencakup semua yang dilarang Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu, setiap khatib di atas mimbar, pada akhir setiap khutbahnya membaaca ayat ini, agar menjadi pelajaran umum bagi semua orang.
Dan dari Ibnu Mas’ud RA bahwa dia berkata: Ayat yang paling lengkap artinya dalam Al-Qur’an adalah ayat ini.
Dan dari Ali RA berkata: Kesimpulan takwa terdapat pada firman Allah Ta’ala:
“Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil…” (al-‘Uyun wat-Taisir)
Diriwayatkan dari Ustman bin Mazh’un, bahwa dia berkata: Pernah Rasulullah SAW menyeru aku kepada Islam, maka sayapun masuk Islam karena malu untuk tidak memenuhi seruannya, sedang Islam itu belum lagi mantap dalam hatiku. Pada suatu hari aku hadir di hadapan beliau. Maka tatkala berbicara kepadaku, tiba-tiba aku melihat mata beliau ke langit, kemudian kepalanya diangkat sekali lagi dari sebelah kanan kemudian beliau rendahkan ke sebelah kiri, sesudah itu beliau menghadapku sedang wajahnya menjadi merah dengan mengeluarkan keringat. Maka aku bertanya kepada beliau tentang keadaan yang menimpa beliau seperti itu.
Maka jawab beliau: “Ketika aku berbicara kepadamu, sekonyong-konyong aku mengangkat pandanganku ke langit, maka aku melihat Jibril turun ke sebelah kananku lalu berkata: ‘Ya Muhammad,’ selanjutnya dia membaca (Innallaha ya’muru bil-‘adli wal ihsani)….. sampai akhir ayat.”Ustman mengatakan: “Maka menjadi mantaplah iman dalam hatiku di kala itu.”
Dengan demikian, turunnya ayat ini menjadi sebab kemantepan iman Ustman bin Mazh’un, demikian dikatakan oleh Ibnusy Syaikh. Maka barangsiapa yang mempunyai akal, ia akan dapat mengambil pelajaran Allah Ta’ala dan dapat mengambil nasehat dari nasehat-nasehat Rasulullah SAW, dan dapat pula mengambil peringatan dari peringatan-peringatan beliau.
(Halaman Selanjutnya...)
No comments:
Post a Comment