Orang-orang yang berpuasa akan keluar dari kubur mereka dan melihat puasa-puasa mereka menyambut dengan hidangan-hidangan makanan, bingkisan-bingkisan dan kendi-kendi. Dikatakan kepada mereka: “Makanlah, sesungguhnya kalian telah merasakan dahaga di saat orang lain kembung dan beristirahatlah.” Maka mereka pun makan dan minum sedang orang-orang lain masih menghadapi hisab. (Tanbihul Ghafilin)
Bersumber dari Ali bin Abi Thalib ra, bahwa dia berkata: “Nabi SAW ditanya tentang keutamaan-keutamaan Tarawih di bulan Ramadhan. Maka beliau bersabda:‘Orang mukmin keluar dari dosanya pada malam pertama, seperti saat dia dilahirkan ibunya.
Dan pada malam kedua, ia diampuni dan juga kedua orang tuanya, jika keduanya mukmin.
Dan pada malam ketiga, seorang malaikat berseru di bawah ‘Arasy: “Mulailah beramal, semoga Allah mengampuni dosamu yang telah lewat.”
Pada malam keempat, dia memperoleh pahala seperti pahala membaca Taurat, Injil, Zabur dan al-Furqan.
Pada malam kelima, Allah Ta’ala memberinya seperti pahala orang yang shalat di Masjidil Haram, masjid Madinah dan Masjidil Aqsha.
Pada malam keenam, Allah Ta’ala memberinya pahala orang yang berthawaf di Baitul Makmur dan dimohonkan ampun oleh setiap batu dan cadas.
Pada malan ketujuh, seolah-olah ia mencapai derajat Nabi Musa as dan kemenangan atas Fir’aun dan Haman.
Pada malam kedelapan, Allah Ta’ala memberinya apa yang pernah diberikan kepada Nabi Ibrahim as.
Pada malam kesembilan, seolah-olah ia menyembah Allah Ta’ala sebagaimana ibadah Nabi SAW.
Pada malam kesepuluh, Allah Ta’ala mengaruniai dia kebaikan dunia dan akhirat.
Pada malam kesebelas, ia keluar dari dunia seperti saat ia dilahirkan dari perut ibunya.
Pada malam kedua belas, ia datang pada hari kiamat sedang wajahnya bagaikan bulan di malam purnama.
Pada malam ketiga belas, ia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari setiap keburukan.
Pada malam keempat belas, para malaikat datang seraya member kesaksian untuknya, bahwa dia telah melakukan shalat Tarawih, maka Allah tidak menghisabnya pada hari kiamat.
Pada malam kelima belas, ia didoakan oleh para malaikat dan para menaggung ‘Arsy dan Kursi.
Pada malam keenam belas, Allah menetapkan baginya kebebasan untuk selamat dari neraka dan kebebasan masuk dalam surga.
Pada malam ketujuh belas, ia diberi seperti pahala para nabi.
Pada malam kedelapan belas, seorang malaikat menyeru: “Hai hamba Allah, sesungguhnya Allah ridha kepadamu dan kepada ibu-bapakmu.”
Pada malam kesembilan belas, Allah mengangkat derajat-derajatnya dalam surga Firdaus.
Pada malam kedua puluh, Allah memberi pahala para syuhada’ dan shalihin.
Pada malam kedua puluh satu, Allah membangun untuknya sebuah gedung dari cahaya.
Pada malam kedua puluh dua, ia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari setiap kesedihan dan kesusahan.
Pada malam kedua puluh tiga, Allah membangun untuknya sebuah kota dalam surga.
Pada malam kedua puluh empat, ia memperoleh dua puluh empat doa yang dikabulkan.
Pada malam kedua puluh lima, Allah Ta’ala menghapuskan darinya azab kubur.
Pada malam kedua puluh enam, Allah Ta’ala mengangkat pahalanya selama empat puluh tahun.
Pada malam kedua puluh tujuh, ia dapat melewati Shirath, pada hari kiamat, bagaikan kilat yang menyambar.
Pada malam kedua puluh delapan, Allah mengangkat baginya seribu derajat dalam surga.
Pada malam kedua puluh sembilan, Allah memberinya pahala seribu haji yang diterima.
Dan pada malam ketiga puluh, Allah berfirman:’Hai hamba-Ku, makanlah buah-buahan surga, mandilah dari air Salsabil dan minumlah dari Kautsar. Akulah Tuhanmu, dan engkau hamba-Ku.’.” (Majalis)
Dan bersumber dari ‘Aisyah ra, dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda:
“Barangsiapa beri’tikaf karena iman dan ikhlas, maka diampunilah dosanya yang telah lewat.” (HR.Bukhari dan Muslim)
Dan bersumber dari ‘Aisyah ra pula, bahwa dia berkata:
“Nabi SAW melakukan I’tikaf pada sepuluh malam yang terakhir dari bulan Ramadhan sehingga Allah mewafatkannya. Kemudian istri-istri beliau beri’tikaf sesudahnya, yakni mereka beri’tikaf di rumah mereka masing-masing.”
Dan oleh karenanya, para fuqaha’ berkata, kaum wanita pun mustahab untuk beri’tikaf di tempat mereka masing-masing. (Syarhul Masyariq)
Artikel Menarik Lainnya:
- Ketentraman Hati dengan Musyahadah Kekuasaan Allah...
- Keutamaan Ibadah di Bulan Ramadhan
- Keutamaan Ilmu
- Keutamaan Puasa
- Keutamaan Bulan Ramadhan
- Permohonan Ampun Malaikat Untuk Orang Mukmin
- Keterangan Tentang Neraka
- Berlaku Adil dan Berbuat Kebajikan
- Celaan Terhadap Pemakan Riba
- Keutamaan Sedekah di Jalan Allah
No comments:
Post a Comment